Kuranglebih satu tahun setengah ia menjadi tukang becak demi memenuhi kebutuhannya. "Kau tak bosan menjadi tukang becak, Teguh?" ujar Mamat yang membangunkan lamunan Teguh. "Ah,Mat..seperti kau tak bosan saja.. Memangnya kita bisa apa? Tamat SMA saja tidak". Jawab Teguh. "Setidaknya kau tidak seperti aku. Iya, ini puisi tentang doa seorang tukang becak" Jawab Bu Herlina. "Disalin ya Bu?" Tanya Kiki lagi. "Jangan disalin dulu. Kalian baca terlebih dulu, pahami isinya, kalau ada kata yang tidak dimengerti maksudnya boleh kalian tanyakan." Kata Bu Herlina. "Gampang Bu, isinya kan tukang becak yang sedang meminta atau berdoa kepada Tuhan." Puisipuisi tukang becak Puisi untukmu saudaraku Salah satu penggalan bait dari ketiga puisi tersebut. "kalut dan pedih Asap mengabur di udara tanah kelahirannya Isak tangis bayi mungil luput dari pandangan mata tua Tanah-tanah memerah di antara belukar api menyala". Selengkapnya dari bait ini, disimak saja puisinya berikut ini Vay Tiền Nhanh. Bagi sebagian orang, puisi merupakan sebuah karya sastra yang biasanya digunakan untuk menyampaikan perasaan yang tidak bisa diungkapkan melalui lisan. Saat berbicara mengenai puisi, negeri ini memang telah melahirkan banyak sekali sastrawan yang berhasil menyumbangkan ide-idenya melalui berbagai platform, misalnya seperti membuat buku antologi puisi. Di luar nama-nama besar seperti Chairil Anwar, Sapardi Djoko Damono, dan Pramoedya Ananta Toer, saat ini juga sudah banyak sekali bermunculan penulis-penulis muda yang karya puisinya juga tidak kalah menarik dan bahkan berhasil menggugah hati para pembaca. Bagi kamu yang suka dengan kumpulan kata-kata puitis yang menyejukkan hati, berikut adalah beberapa buku antologi puisi yang menarik untuk kamu baca. Rekomendasi Buku Antologi Puisi 1. Kita Adalah Sekumpulan Patah Hati yang Memilih Matahari – Astri Apriyani Setiap manusia sebenarnya dilahirkan sebagai seorang murid yang selalu siap untuk mendapatkan pelajaran baru setiap harinya. Atas alasan inilah Astri Apriyani memutuskan untuk membuat sebuah buku antologi puisi yang ternyata didasarkan pada berbagai pengalamannya saat pergi menjelajahi dunia. Astri juga meyakini bahwa setiap perjalanan yang ia lalui juga merupakan bagian dari proses pembelajaran, sehingga ia ingin mengabadikan setiap kenangannya ke dalam beberapa tulisannya. Tidak hanya itu, Astri juga melengkapi isi buku ini dengan berbagai macam foto yang ia ambil sendiri, karena baginya, setiap tempat yang ia kunjungi punya artinya tersendiri. 2. Suaramu Jalan Pulang yang Kukenali – Adimas Immanuel Dari judulnya, mungkin kamu akan menebak bahwa isi dalam buku ini tidak jauh-jauh dari berbagai judul puisi yang melankolis dan klise. Tapi sayangnya tidak, penulis buku ini berhasil menulis berbagai macam puisi yang menggelitik, tapi tetap tidak keluar dari tema romantisme yang tetap apik untuk dinikmati. Selain romantisme, buku puisi yang satu ini juga membahas mengenai kehidupan dan keluarga, yang akan membuatmu menyadari bahwa rumah adalah sebaik-baiknya tempat untuk kembali pulang. 3. Keterampilan Membaca Laut – Ama Achmad Untuk membuat puisi yang indah, kamu sebenarnya tidak harus selalu menggunakan majas atau peribahasa yang keren, cukup dengan permainan kata saja kamu sudah bisa menghasilkan karya yang indah dan membekas di hati pembaca, sama seperti buku ini. Saat membacanya, ada perasaan nelangsa yang melingkupi hati, ditambah dengan gaya penulisan yang ciamik sehingga mampu membuat pembaca merasakan setiap kata-kata yang digambarkan oleh penulis. Walaupun laut digambarkan sebagai headline utama, buku ini sebenarnya tidak sepenuhnya membicarakan soal laut, tapi juga membahas tentang kesepian, kesunyian, kekecewaan, rindu, dan cinta yang dibalut dengan harapan untuk bisa hidup bersama orang tercinta. 4. Sepotong Hati di Angkringan – Joko Pinurbo Buku-buku kumpulan puisi Jokpin memang selalu ditujukan untuk lintas usia, jadi semua kalangan bisa menikmati karya-karyanya yang sederhana tapi tetap indah dan memikat hati. Buku ini merupakan karya terbaru dari Jokpin yang ia tulis selama masa pandemi, dengan total 45 puisi yang dibagi ke dalam dua bagian besar, “Sepotong Hati di Angkringan” dan “Ibadah Mandi”. Joko Pinurbo memang selalu lihai dalam menyajikan tulisan-tulisannya, seperti tidak pernah kehabisan ide, ia selalu berhasil menghubungkan setiap kisah yang berbeda ke dalam satu tema yang sama. Dalam buku ini, ia menulis puisi tentang tukang becak yang terlelap dalam mimpi, tentang nasi kucing mbah Singo, tentang oseng mercon Mbah Wagino, tentang pandemi, dan masih banyak lagi, yang semuanya masih tetap dihubungkan dengan angkringan, seperti judul bukunya. 5. Museum Kehilangan – Wawan Kurniawan Tidak semua buku puisi akan membahas soal perjalanan atau kehidupan si penulis, lewat buku ini, kita akan dibawa kembali ke masa lalu kelam yang pernah terjadi di negeri ini. Penulis sengaja mengambil topik Munir, seorang aktivis kemanusiaan yang dibunuh tanpa pernah tahu siapa dalang dibalik kasus ini, jadi buku ini akan kembali mengingatkan kita dengan ketidakadilan dan ketidakjelasan kasus Munir setelah lebih dari 17 tahun lamanya. Wawan Kurniawan sangat lihai dalam memperlihatkan keresahan, duka, dan kemarahan lewat puisi-puisinya. Ia juga sangat berani untuk menampilkan setiap isu politik yang berkaitan langsung dengan pembunuhan Munir, bahkan nama istri dan anak-anak Munir juga ikut disertakan dalam dua judul puisinya. Lewat buku ini, penulis ingin menyadarkan pembaca bahwa tidak semua kritikan harus disampaikan dengan orasi, tapi bisa juga dengan kata-kata yang satir, menarik, namun tetap artistik. Selain kelima buku-buku ini, sebenarnya masih banyak sekali buku antologi puisi karya penulis Indonesia yang pastinya menarik untuk kamu baca. Kelima rekomendasi buku-buku ini bisa kamu beli di atau kamu juga bisa membaca versi e-booknya melalui Gramedia Digital. Selain itu, ada gratis voucher diskon yang bisa kamu gunakan tanpa minimal pembelian. Yuk, borong semua buku di atas dengan lebih hemat! Langsung klik di sini untuk ambil vouchernya. Dapatkan Diskonnya! Hiduplah keluarga kurang mampu dari Bapak Gito yang mempunyai anak tunggal. Terlihat di ruang tamu Pak Gito sedang berbincang-bincang dengan anaknya. Karyo “Pak…bapak.” Bapak “Ada apa, Le?” Karyo “Bapak punya uang gak, pak?” Bapak “Lah mau buat apa to, Le?” Karyo “Saya mau daftar tentara, pak.” Datanglah ibu sambil membawa minuman untuk Bapak. Ibu “Ada apa to Le, kok serius banget.” Bapak “Ini bu, anake mau daftar tentara.” Ibu “Beneran, Yo? Sudah mantep?” Karyo “Iya bu, kalau ada uangnya.” Bapak “Kalau soal uang, bapak sama ibu usahan, Le.” Malam harinya Pak Gito dan istrinya melanjutkan perbincangan untuk membahas tentang anaknya. Ibu “Pak, gimana anake kita mau cari uang dimana?” Bapak “Gimana ya bu, kita gak punya tabungan.” Ibu “Kalau kita pinjam uang di Bank gimana, pak?” Bapak “Lah minjam di Bank jaminannya apa, bu?” Ibu “Kalau rumah atau sawah gimana, pak? Itu harta yang kita punya.” Bapak “Tapi kalau kita gak bisa bayar gimana, bu?” Ibu “Iya ya pak, kalau gak bisa bayar kita tinggal dimana?” Bapak “Apa kita jual sawah aja, bu?” Ibu “Yasudah pak gak papa, dari pada rumahnya disita.” Bapak “Yasudah besuk coba bapak tawarkan.” Beberapa hari kemudian Pak Gito memberikan uang kepada Karyo untuk mendaftarkan tentara. Bapak “Le, ini uangnya buat dafat tentara.” Karyo “Terima kasih pak, doakan diterima ya pak.” Bapak “Iya Le, wes sana hati-hati.” Setelah diberi uang, Karyo langsung bersiap-siap untuk mendaftar dan menemui salah satu petugas. Karyo “Permisi pak, kalau mau daftar dimana ya? Petugas “Itu masuk aja, dek.” Karyo “Iya pak, terima kasih.” Kemudian Karyo mengikuti tes masuk tentara. Beberapa jam kemudian Petugas memanggil Karyo. Petugas “Karyo…” Karyo Maju kedepan mengambil amplop, kembali ke tepat duduk dan membuka isi amplop “Ya Allah.” Petugas “Sudah dek tidak apa-apa. Masih ada kesempatan lain.” Karyo “Iya Pak” Bergegas meninggalkan ruangan. Dalam perjalanan pulang, Karyo bingung untuk memberitahukan kepada orang tuanya. Karyo pun leangsung bergegas pulang ke rumah. Bapak yang sedang duduk bersantai di ruang tamu, langsung menanyainya. Bapak “Gimana, Le? Diterima to?” Karyo Demgan muka sedih “Mboten pak.” Bapak Kaget “Gimana to, Yo?” Karyo “Lah gimana pak? Karyo sjuga sudah usaha.” Bapak “Sudah tak bela-belakan jual sawah, malah gak diterima.” Karyo “Maafin Karyo pak. Kar…” Bapak “Sudah pokoknya kamu harus ngembalike duite.” Tiba-tiba Ibu datang. Ibu “Sabar…pak…sabar! Istighfar pak.” Bapak “Bapak gak mau tahu. Pokoknya kamu harus ngembalikan uangnya.” Karyo “Iya pak. Karyo janji” pergi ke kamar. Keesokan harinya, Karyo sudah memantapakan dirinya untuk pergi meninggalkan rumah. Dia pun langsung berpamitan kepada kedua orang tuanya. Karyo “Pak..bu…, Karyo mau bicara.” Ibu “Piye, Le?” Karyo “Karyo mau pamit bu, pergi merntau.” Ibu “Lah mau kemana to, Le?” Karyo “Mau cari kerja bu, buat gantiin uang bapak.” Ibu “Tapi ibu gak bisa kasih pesangon, Le.” Bapak “Sudahlah bu biarkan aja, yang penting kita bisa beli sawah lagi.” Ibu “Pak…jangan kayak gitu to.” Karyo “Tidak apa-apa bu.” Ibu “Beneran, Le? Ya sudah hati-hati. Semoga kamu selamat sampai tujuan.” EPISODE 2 Sampai di perantauan, Karyo bingung karenahanya memiliki uang Rp. 3000,00. Kemudian dia bertemu dengan tukang becak dan bertanya. Karyo “Pak saya mau Tanya, harga sewa becak seharinya berapa ya?” Tukang becak “Rp. 500,00 dek.” Karyo “Kalau saya mau nyewa, dimana ya pak?” Tukang becak “Oh…nanti sekalian saya antar dek.” Akhirnya Karyo dapat menyewa becak dengan harga sewa seharinya. Hari-hari Karyo menjalani pekerjaannya menjadi tukang becak. Malam hari ketika Karyo sedang beristirahat di atas becaknya, dia bergumam. Karyo “Kalau begini caranya, mau sampai kapan aku bisa ngembalikan uang bapak? Untuk sehari-hari saja gak cukup.” Keesokan harinya Karyo mengantar perjalanan Karyo melihat ada sebuah pabrik batako dan disana ada lowongan pekerjaan. Setelah mengantar penumpang. Karyo langsung menuju pabrik batak tersebut dan bertanya. Karyo “Permisi pak.” Tukang “Ya ada apa mas?” Karyo “Saya mau melamar kerja pak.” Tukang “Oh…y asana masuk saja, menemui Pak Bambang.” Karyo menuju ruangan Pak Bambang. Karyo Mengetuk pintu. Pak Bambang “Ya masuk.” Karyo “Permisi pak. Saya mau melamar kerja disini.” Pak Bambang “Oh…ya mas. Besuk langsung kerja ya.” Karyo “Terima kasih pak.” Keesokan harinya Karyo bekerja sebagai tukang batako. Karyo menjalani pekerjaannya dengan semangat. Tiga hari kemudian Karyo merasakan susah payah menjalani pekerjaan itu. Lalu ia memutuskan kembali menjadi tukang becak lagi. Hari berikutnya dia kembali menarik becak. Dia bertemu dengan seorang penumpang yang menawari pekerjaan. Karyo “Mau kemana mbak?” Penumpang “Ke Rumah Sakit Ibnu Sina mas.” Karyo “Oh kerja disitu ya mbak?” sambil mengayuh becaknya. Penumpang “Iya mas. Lah masnya sudah lama kerja jadi tukang becak?” Karyo “Ya…gini lah mbak. Saya sudah lama tapi ingin mencari pekerjaan yang lebih baik lagi.” Penumpang “Kebutulan mas, di rumah sakit tempat kerja saya ada lowongan jadi tukang kebun.” Karyo “Kebutulan mbak, sekalian nanti saya mau daftar.” Penumpang “Oh iya mas, nanti saya antar.” Sampai di rumah sakit Karyo diantar penumpang tadi menuju tempat HRD. Dia berbicara dengan pimpinannya. Karyo “Permisi bu.” Pimpinan “Ya, ada yang bisa saya bantu?” Karyo “Saya mau melamar jadi tukang kebun disini bu.” Pimpinan “Wah saying sekali mas. Kebetlan barusan sudah ada yang melamar.” Karyo “Ya sudah bu, terima kasih.” Pimpinan “Iya mas.” Keluar dari ruangan Karyo bertemu dengan pegawai Rumah Sakit tadi. Pegawai “Gimana mas, sudah diterima?” Karyo “Wah sudah ada yang melamar mbak.” Pegawai “Saya ada informasi pekerjaan lagi mas, tapi bukan di daerah sini.” Karyo “Dimana mbak?” Pegawai “Di Jakarta jadi office boy.” Karyo “Kalau gitu saya minta alamatnya saja mbak.” Pegawai “Oh iya mas. Ini alamatnya” sambil memberi selembar kertas. Puisi Wiji Thukul –Kumpulan puisi Wiji Thukul merupakan Puisi-puisi yang menggambarkan kritik sosial. Puisi tentang buruh, cinta, tanah air. Wiji Thukul menjadi orang yang lantang bersuara sekalipun banyak usaha untuk membungkamnya. Saja-sajak penuh kejujuran yang MASIH UTUH DAN KATA-KATA BELUM BINASA .Aku Masih Utuh dan Kata-Kata Belum Binasa18 Juni 1997aku bukan artis pembuat beritatapi aku memang selalu kabar buruk buatpenguasapuisiku bukan puisitapi kata-kata gelapyang berkeringat dan berdesakanmencari jalania tak mati-matimeski bola mataku digantiia tak mati-matimeski bercerai dengan rumahditusuk-tusuk sepiia tak mati-matitelah kubayar yang dia mintaumur-tenaga-lukakata-kata itu selalu menagihpadaku ia selalu berkatakau masih hidupaku memang masih utuhdan kata-kata belum binasa AKU LEBIH SUKA DAGELAN Aku Lebih Suka Dagelan1987di radio aku mendengar beritakatanya partisipasi politik rakyat kita sangat menggembirakantapi kudengar dari mulut seorang kawankudia diinterogasi dipanggil gurunyakarena ikut kampanye PDIdan di kampungku ibu RTtak mau menegor sapa warganyahanya karena ia Golkarada juga yang saling bertengkarpadahal rumah mereka bersebelahanpenyebabnya hanya karena mereka berbeda tanda gambarada juga kontestan yang nyogoktukang-tukang becakakibatnya dalam kampanye banyakyang mencak-mencakdi radio aku mendengar berita-beritatapi aku jadi muak karena isinyakebohongan yang tak mengatakan kenyataanuntunglah warta berita segera bubaracara yang kutunggu-tunggu datang dagelan! APA GUNAApa GunaApa gunanya punya ilmu tinggiKalau hanya untuk mengibuliApa gunanya banyak baca bukuKalau mulut kau bungkam meluluDi mana-mana moncong senjataberdiri gagahkongkalikongDengan kaum cukongDi desa-desa rakyat dipaksaMenjual tanahTapi, tapi, tapi, tapiDengan harga murahApa gunanya punya ilmu tinggiKalau hanya untuk mengibuliApa gunanya banyak baca bukuKalau mulut kau bungkam melulu BAJU LOAK SOBEK PUNDAKNYA Baju Loak Sobek Pundaknya22 Januari 1996siang tadi aku beli bajuharganya murahharganya murah bojokudi pedagang loakdi pedagang loak bojokupundaknya sedikit sobeksedikit sobek bojokubisa dijahit tapinanti akan kubeli benangakan kubeli jarumuntuk menjahit bajumu bojokuuntukmu bojokubaju untuk untukmutadi siang kucuci baju itukucuci bojokutapi aku bimbangaku bimbang bojokukutitip ke kawanatau kubawa sendirinanti kalau aku pulangkalau aku pulang bojokukarena sekarang aku burondiburu penguasakarena aku beroganisasikarena aku berorganisasi bojokubaju itu kulipat bojokudi bawah bantaltak ada setrika bojokutak ada setrikaagar tak lusuhagar tak lusuhkarena baju ini untukmu bojoku BALADA PELURU Balada Pelurudi mana moncong senapan itu?aku pengin meledak sekaligus jadi pelurumencari jidatmu mengarah mampusmuakan kulihat nyawamu yang terbangdan kukejar-kejar dengan nyawaku sendiriagar tahu rumahmuaku rela bunuh diritentu saja setelah tahu ke mana pulangmutetapi peluru yang mencari jidatmu ituhanya ketemu matamu yang menyihirsim salabimkembali kau pada wujudmu asli!dan memang tidak akan pernah ada yang kanmembawakansenapanuntukkuapalagijidatmimpi indah kali inimimpi indah kali inimengapa kekal? BUNGA DAN TEMBOK Bunga dan TembokSeumpama bungaKami adalah bunga yang takKau hendaki tumbuhEngkau lebih suka membangunRumah dan merampas tanahSeumpama bungaKami adalah bunga yang takKau kehendaki adanyaEngkau lebih suka membangunJalan raya dan pagar besi Seumpama bungaKami adalah bunga yangDirontokkan di bumi kami sendiri BURUNG DARA PAGI TERBANG Burung Dara Pagi Terbangburung dara pagi terbangpulang sarang rembang petangtidur mendengkur tiada beban di matapada ketakpastian musimburung dara pagi terbangtiada cemas di matapada matahari yang tergelincirtidur malam tanpa mimpi burukpunyaku hanya gemabernama luka dan kenanganpagi berangkat kerjasore tertegun, bintang di kamarkumengganti angka-angka kalender BUSUK Busuk17 November 1996derita sudah matang, bungbahkan busuktetap ditelan? CATATAN SURAM Catatan Suram1987kucing hitam jalan pelanmeloncat turun dari ataptiga orang muncul dalam gelapsembunyi menggenggam besikucing hitam jalan pelan-pelandiikuti bayang-bayangketika sampai di mulut gangtiga orang menggerammelepaskan pukulanbulan disaput awan meremangsaksikan perayaan kemiskinandaging kucing pindahke perut orang! CERITAKANLAH INI KEPADA SIAPAPUN Ceritakanlah Ini Kepada SiapapunSolo, 30 Agustus 1991panas campur debuterbawa angin ke mana-manakoran hari ini memberitakankedungombo menyusut kekeringankorban pembangunan dammuncul kembali ke permukaantanah-tanah bengkahpohon-pohon besar malang-melintangmakam-makam bangkit dari ingatanmereka yang dulu diamkali inicerita itu siapa akan membantahdasar waduk ini dulu dusun rumah-rumahwaktu juga yang menyingkapretorika penguasawalau senjata ditodongkan kepadamuwalau sepatu di atas kepalamudi atas kepalakudi atas kepala kitaceritakanlah ini kepada siapa punsebab cerita ini belum tamat DALAM KAMAR 6 X 7 METER Dalam Kamar 6 X 7 Metermimpi-mimpi bagusku kubunuh dengan kenyataantinggal tubuh kurus kering dan cericit tikusketika kuterbaring tidur di tikar dan bantalyang banyak bangsatnyatak seluruh mimpi-mimpi itu sirnatersisa juga yang sederhanaalangkah bahagia aku andai sudah bisa beliminyak tanah dan menyalakan lampu teploklalu membaca buku sampai malam larut dan menulisdan masak supermi ketika laparalangkah bahagia aku andai sudah bisa menggaji ibumembeli baju baru bagi adik-adik ketika lebaranrokok buat bapak dan lain-lainlapar memang memalukan!tiba-tiba aku mendengar jutaan nyawa saudarakuyang karena lapar menjadi copet, lonte, dan gelandangantiba-tiba aku merasa lebih kaya tinimbang merekarumah punya, nyewa tak apamakan bisa utang kiri-kananminum tersedia air sumur umumjustru hari inilahketika aku lapar sendiri dalam kamar 6 x 7 meterdi sini iniaku bersyukur masih sempat menulis puisi DERITA SUDAH NAIK SELEHER Derita Sudah Naik Seleher17 November 96kaulempar aku dalam gelaphingga hidupku menjadi gelapkausiksa aku sangat kerashingga aku makin mengeraskaupaksa aku terus menunduktapi keputusan tambah tegakdarah sudah kauteteskandari bibirkuluka sudah kaubilurkanke sekujur tubuhkucahaya sudah kaurampasdari biji matakuderita sudah naik seleherkaumenindassampaidi luar batas DI BAWAH SELIMUT KEDAMAIAN PALSU Di Bawah Selimut Kedamaian Palsujangan terus tindas rakyat yang membisujika demikian..kau seperti membangun bendungan yang bakal jebolarus menggasakhingga tamatlah kekuasaanmujangan jadikan rumahmu gudang penuh-barang mewah dan timbunan bahan makananjangan sanak familimu kaya karena bintang bintang pangkatjika demikian..kau telah melahirkan musuh bagi anak cucumujanganlah rampas tanah rakyatjangan abaikan kepentingannyasebab tanah adalah bumi tempat ibadah kepada tuhannyatempat memuliakan dirinya dengan kerjajika itu kau lakukan..berarti telah kau tabur sendiriiman kekacauan di negeri inijangan redam pikiran rakyat dengan paksajangan coba membuat ketentraman dengan penuh dengan ancamanjika demikian..berarti kau telah menggugahraksasa yang tidur di bawahselimut kedamaian palsumaka pada saat itulahsejarah kembali akan membacakankisah kisah tirani Yang Harus Diturunkan! HARI INI AKU AKAN BERSIUL-SIUL Hari Ini Aku akan Bersiul-siul10 November 1996pada hari coblosan nantiaku akan masuk ke dapurakan kujumlah gelas dan sendokkuapakah jumlahnya bertambahsetelah pemilu bubar?pemilu oo.. pilu pilubila hari coblosan tiba nantiaku tak akan pergi kemana-manaaku ingin di rumah sajamengisi jambanganatau mananak nasipemilu oo.. pilu pilunanti akan kuceritakan kepadamuapakah jadi penuh karung berasminyak tanahgulaatau bumbu masaksetelah suaramu dihitungdan pesta demokrasi dinyatakan selesainanti akan kuceritakan kepadamupemilu oo.. pilu pilubila tiba harinyahari coblosanaku tak akan ikut berbondong-bondongke tempat pemungutan suaraaku tidak akan datangaku tidak akan menyerahkan suarakuaku tidak akan ikutan masukke dalam kotak suara itupemilu oo.. pilu piluaku akan bersiul-siulmemproklamasikan kemerdekaankuaku akan mandidan bernyanyi sekeras-kerasnyapemilu oo.. pilu piluhari itu aku akan mengibarkan hakkutinggi tinggiakan kurayakan dengan nasi hangatsambel bawang dan ikan asinpemilu oo.. pilu pilusambel bawang dan ikan asin ISTIRAHATLAH KATA-KATA Istirahatlah Kata-Kataistirahatlah kata-katajangan menyembur-nyemburorang-orang bisukembalilah ke dalam rahimsegala tangis dan kebusukandalam sunyi yang meringistempat orang-orang mengikarimenahan ucapannya sendiritidurlah, kata-katakita bangkit nantimenghimpun tuntutan-tuntutanyang miskin papa dan dihancurkannanti kita akan mengucapkanbersama tindakanbikin perhitungantak bisa lagi ditahan-tahan JAM JamAngke, 9 maret 1983tak usah terkejut punputar jarum jam akan merajutmukisah lama yang selalu bisumenabur belantara pertanyaan baru JALAN Jalan22 November 1990aspal leleh tengah harisilau aku oleh sinar mataharigedung-gedung baru berdiriarsitektur lama satu-satu hilangdimakan pembangunanjalan kiri kanan dilebarkanbecak-becak melompong di pinggiranyang jalan kakiyang digenjotyang jalan bensinsemua ingin jalan JALAN SLAMET RIYADI SOLO Jalan Slamet Riyadi SoloSolo, Mei-Juni 1991dulu kanan dan kiri jalan inipohon-pohon asam besar melulusaban lebaran dengan teman sekampungjalan berombonganke taman sriwedari nonton gajahbanyak yang berubah kiniada holland bakeryada diskotik ada taksigajahnya juga sudah dipindahloteng-loteng arsitektur cinakepangkas jadi gedung tegak lurushanya kereta api itumasih hitam legamdan terus mengerangmemberi peringatan pak-pak becakyang nekat potong jalan“hei hati haticepat menepi ada polisibanmu digembos lagi nanti!” KUCING, IKAN ASIN DAN AKU Kucing, Ikan Asin dan Aku14 Oktober 1996seekor kucing kurusmenggondol ikan asinlaukku untuk siang iniaku meloncatkuraih pisaubiar kubacok diabiar mampus!ia tak laritapi mendongakmenatapkutajammendadaklunglai tanganku-aku melihat diriku sendirilalu kami berbagikuberi ia kepalanyabatal nyawa melayangaku hidupia hidupkami sama-sama makan LAGU PERSETUBUHAN Lagu Persetubuhankalau angka aku pun angka tak genaptapi satu mana lengkap tanpa yang pecahmaka aku pun rela jadi sepersekian dari keutuhanmusebab tak lengkap engkau tanpa akusebab tak sempurna engkau tanpa manusiakalau angka aku pun angka tak genapmaka kulengkapi matamu dengan cahayakausempurnakan cahaya dalam apikau merah, aku panas, kau panas, aku merahterbakar membakar sepanjang adanya manusiakalau angka aku pun angka tak genapmelengkapimudemikian, kita bersetubuh dalam udarabukahkah begitu, tuhan?MANDIMandisebelum datangdi ladang jagung di rumput airnyakatak-katak masih serempaktelanjang bulat mandi di sumberkatak-katak berhenti sama sekalisaya mengganggu sunyi?saya merindukan yang ramaiditikam kanan-kiriinti suara sang sunyiJika kami bungaEngkau adalah tembok ituTapi di tubuh tembok ituTelah kami sebar biji-bijiSuatu saat kami akan tumbuh bersamaDengan keyakinan engkau harus hancur!Dalam keyakinan kamiDi manapun – tirani harus tumbang! NYANYIAN ABANG BECAK Nyanyian Abang BecakSolo, 1984jika harga minyak mundhaksimbok makin ajeg berkelahi sama bapakharga minyak mundhak, lombok-lombok akan mundhaksandang pangan akan mundhakmaka terpaksa tukang-tukang lebon,lintah darat, bank plecit, tukang kredit harus dilayanisiapa tidak marah bila kebutuhan hidup semakin mendesakseribu lima ratus uang belanja tertinggi dari bapak untuk simboksiapa bisa mencukupisedangkan kebutuhan hidup semakin mendesakmaka simbok pun mencak-mencak“pak, pak, anak kita kebacut metu papat lho!”“bayaran sekolahnya anak-anak nunggak lho!”“si penceng muntah-ngising, perutku malah sudah isi lagidan suk selasa pon ana sumbangan maneh si sebloh dadi manten!”jika bbm kembali menginjaknamun masih juga belum disebut langkah-langkah kebijaksanaanmaka aku tidak akan lagi memohon pembangunannasibkepadamu, duh pangeran, duh gustisebab nasib adalah permainan kekuasaanlampu butuh menyala, menyala butuh minyakperut butuh kenyang, kenyang butuh diisinamun bapak cuma abang becak!maka apabila becak pusaka keluarga pulang tanpa membawa uangsimbok akan kembali mengajak berkelahi bapak. MONUMEN BAMBU RUNCING Monumen Bambu RuncingSemarang, 1 Maret 1986monumen bambu runcingdi tengah kotamenuding dan berteriak merdekadi kakinya tak jemu jugapedagang kaki lima berderet-deretwalau berulang-ulangdihalau petugas ketertiban NYANYIAN AKAR RUMPUT Nyanyian Akar RumputJuli 1988jalan raya dilebarkankami terusirmendirikan kampungdigusurkami pindah-pindahmenempel di tembok-tembokdicabutterbuangkami rumputbutuh tanahdengar!Ayo gabung ke kamiBiar jadi mimpi buruk presiden! MENDONGKEL ORANG-ORANG PINTAR Mendongkel Orang-Orang Pintar8 September 1993kudongkel keluarorang-orang pintardari dalam kepalakuaku tak tergetar lagioleh mulut-mulut orang pintaryang bersemangat ketika berbicaradunia bergerak bukan karena omonganpara pembicara dalam ruang seminaryang ucapannya dimuatdi halaman surat kabarmungkin pembaca terkagum-kagumtapi dunia tak bergeraksetelah surat kabar itu dilipat MERONTOKKAN PIDATO Merontokkan Pidato11 September 1996bermingu-minggu ratusan jamaku dipaksaakrab dengan sudut-sudut kamarlobang-lobang udaralalat semut dan kecoatapi catatlahmereka gagal memaksakuaku tak akan mengakui kesalahankukarena berpikir merdeka bukanlah kesalahanbukan dosa bukan aib bukan cacatyang harus disembunyikankubaca korankucari apa yang tidak tertuliskutonton televisikulihat apa yang tidak diperlihatkankukibas-kibaskan pidatomu itudalam kepalaku hingga rontokmaka terang benderanglahucapan penguasa selalu dibenarkanlaras senapan!tapi dengarlahaku tak akan minta ampunpada kemerdekaan iniNONTON HARGANonton Harga18 November 1996ayo keluar keliling kotatak perlu ongkos tak perlu biayamasuk toko perbelanjaan tingkat limatak beli tak apalihat-lihat sajakalau pingin durianapel-pisang-rambutan-anggurayo..kita bisa mencium baunyamengumbar hidung cuma-cumatak perlu ongkos tak perlu biayadi kota kitabuah macam apaasal mana sajaadakalau pingin lihat orang cantikdi kota kita banyak gedung bioskopkita bisa nonton posternyaatau ke diskotikdi depan pintukau boleh mengumbar telinga cuma-cumamendengarkan detak musikdenting botollengking dan tawabisa juga kau nikmatiaroma minyak wangi luar negericuma-cumaaromanya sajaayo..kita keliling kotahari ini ada peresmian hotel baruberbintang limadibuka pejabat tinggidihadiri artis-artis ternama ibukotalihatmobil para tamu berderet-deretsatu kilometer panjangnyakota kita memang makin megah dan kayatapi hari sudah malamayo kita pulangke rumah kontrakansebelum kehabisan kendaraanayo kita pulangke rumah kontrakantidur berderet-deretseperti ikan tangkapansiap dijual di pelelanganbesok pagikita ke pabrikkembali bekerjasarapan nasi bungkusngutangseperti biasa P E N Y A I R P e n y a i r19 Januari 1988jika tak ada mesin ketikaku akan menulis dengan tanganjika tak ada tinta hitamaku akan menulis dengan arangjika tak ada kertasaku akan menulis pada dindingjika aku menulis dilarangaku akan menulis dengantetes darah!sarang jagat teater PERINGATAN Peringatanjika rakyat pergiketika penguasa pidatokita harus hati-hatibarangkali mereka putus asakalau rakyat bersembunyidan berbisik-bisikketika membicarakan masalahnya sendiripenguasa harus waspada dan belajar mendengarbila rakyat berani mengeluhitu artinya sudah gasatdan bila omongan penguasatidak boleh dibantahkebenaran pasti terancamapabila usul ditolak tanpa ditimbangsuara dibungkam kritik dilarang tanpa alasandituduh subversif dan mengganggu keamananmaka hanya ada satu kata lawan! PUISI MENOLAK PATUH Puisi Menolak Patuh17 Januari 1997walau penguasa menyatakan keadaan daruratdan memberlakukan jam malamkegembiraanku tak akan berubahseperti kupu-kupusayapnya tetap indahmeski air kali keruhpertarungan para jendraltak ada sangkut pautnyadengan kebahagiaankuseperti cuaca yang kacauhujan angin kencang serta terik panastidak akan mempersempit atau memperluas langitlapar tetap lapartentara di jalan-jalan rayapidato kenegaraan atau siaran pemerintahtentang kenaikkan pendapatan rakyattidak akan mengubah lapardan terbitnya kata-kata dalam dirikutak bisa dicegahbagaimana kau akan membungkamku?penjara sekalipuntak bakal mampumendidikku jadi patuh PUISI SI BUTA Puisi Si Butasemenjak pagi bangunmataku terbuka sibuk menyiapkan mimpisemenjak matahari bangkit sampai hari inihidupku tidur dan menguap dan bangkit terkejutdi dalam cermin kulihat tangankumasih meraih selimut dansukmaku tak berkakiberjalan tak pernah tibadi wilayah bebas waktu sukmaku terbanting!dalam hening kugapai pedang tapi tak ada!untuk memorak lensa mataku yang dua biji iniyang selalu terbuka dan manipuberi-berilah aku ketajaman untuk membutakan matakuyang dua ini betapa pun bagaimana ingin terjagasebelum pagi berganti pagi lagi. PUISI SIKAP Puisi Sikap24 Januari 1997maunya mulutmu bicara terustapi telingamu tak mau mendengarmaumu aku ini jadi pendengar terusbisukamu memang punya tanktapi salah besar kamukalau karena ituaku lantas manutandai benarada kehidupan lagi nantisetelah kehidupan inimaka akan kuceritakan kepada semua mahklukbahwa sepanjang umurku dulutelah kuletakkan rasa takut itu di tumitkudan kuhabiskan hidupkuuntuk menentangmuhei penguasa zalim PUISI UNTUK ADIK Puisi untuk AdikSolo 25 Mei 1987apakah nasib kita akan terus sepertisepeda rongsokan karatan itu?o… tidak, dik!kita akan terus melawanwaktu yang bijak bestarikan sudah mengajari kitabagaimana menghadapi deritakitalah yang akan memberi senyumkepada masa depanjangan menyerahkan diri kepada ketakutankita akan terus bergulatapakah nasib kita akan terus sepertisepeda rongsokan karatan itu?o… tidak, dik!kita harus membaca lagiagar bisa menuliskan isi kepaladan memahami dunia PULANGLAH NANG Pulanglah NangSolo, September 1986pulanglah nangjangan dolanan sama si kuncungsi kuncung memang nakalnanti bajumu kotor lagidisirami air selokanpulanglah nangnanti kamu manangis lagijangan dolanan sama anaknya pak kertosi bejo memang mbelingkukunya hitam panjang-panjangkalau makan tidak cuci tangannanti kamu ketularan cacinganpulanglah nangkamu kan punya mobil-mobilankapal terbang bikinan taiwansenapan atom bikinan jepangkamu kan punya robot yang bisa jalan sendiripulanglah nangnanti kamu digebugi mamimu lagikamu pasti belum tidur siangpulanglah nangjangan dolanan sama anaknya mbok sukiyemmbok sukiyem memang keterlaluansi slamet sudah besar tapi belum disekolahkanpulanglah nangpasti papimu marah lagikamu pasti belum bikin PRbelajar yang rajinbiar nanti jadi dokter SAJAK BAGONG Sajak Bagongbagong namanyatantanglah berkelahikepalamu pasti dikepruk batubawalah whiskybahumu pasti ditepuk-tepuk gembiraajaklah omongtapi jangan khotbahia akan kentutbagong namanyamalam begadangsubuh tidur bangun siangsore parkir untuk makanawas jangan ngebut di depan matanyaengkau bisa dipukulilalu ditinggal pergiya, ya.. bagong namanyapemilu kemarin besar jasanyabagong ya bangongtapi bagong sudah matipada suatu pagimayatnya ditemukan orangdi tepi rel kereta apisetahun yang laluya, ya.. setahun yang lalu SAJAK BAPAK TUA Sajak Bapak TuaSolo, Juni 1987bapak tuakulitnya coklat dibakar matahari kotajidatnya berlipat-lipat seperti sobekan lukapipinya gosong disapu angin panastenaganya dikurasdi jalan raya siang tadisekarang bapak mendengkurdan ketika bayangan esok pagi datangdi dalam kepalakubis tingkat itu tiba-tiba berubahjadi ikan kakap raksasabecak-becak jadi ikan teriyang tak berdaya SAJAK IBU Sajak IbuSolo, 1986ibu pernah mengusirku minggat dari rumahtetapi menangis ketika aku susahibu tak bisa memejamkan matabila adikku tak bisa tidur karena laparibu akan marah besarbila kami merebut jatah makanyang bukan hak kamiibuku memberi pelajaran keadilandengan kasih sayangketabahan ibukumengubah rasa sayur murahjadi sedapibu menangis ketika aku mendapat susahibu menangis ketika aku bahagiaibu menangis ketika adikku mencuri sepedaibu menangis ketika adikku keluar penjaraibu adalah hati yang rela menerimaselalu disakiti oleh anak-anaknyapenuh maaf dan ampunkasih sayang ibuadalah kilau sinar kegaiban tuhanmembangkitkan haru insandengan kebajikanibu mengenalkan aku kepada tuhan SAJAK KEPADA BUNG DADI Sajak Kepada Bung DadiSolo-Sorogenen, malam pemilu 1987ini tanahmu jugarumah-rumah yang berdesakanmanusia dan nestapakampung halaman gadis-gadis mudaburuh-buruh berangkat pagi pulang soredengan gaji tak pantaskampung orang-orang kecilyang dibikin bingungoleh surat-surat izin dan kebijaksanaandibikin tunduk menganggukbungkukini tanah airmudi sini kita bukan turis SAJAK SUARA Sajak Suarasesungguhnya suara itu tak bisa diredammulut bisa dibungkamnamun siapa mampu menghentikan nyanyian bimbangdan pertanyaan-pertanyaan dari lidah jiwakusuara-suara itu tak bisa dipenjarakandi sana bersemayam kemerdekaanapabila engkau memaksa diamaku siapkan untukmu pemberontakkan!sesungguhnya suara itu bukan perampokyang merayakan hartamuia ingin bicaramengapa kaukokang senjatadan gemetar ketika suara-suara itumenuntut keadilan?sesungguhnya suara itu akan menjadi kataia yang mengajari aku untuk bertanyadan pada akhirnya tidak bisa tidakengkau harus menjawabnyaapabila engkau tetap bertahanaku akan memburumu seperti kutukan SUARA DARI RUMAH-RUMAH MIRING Suara dari Rumah-Rumah MiringSolo, Oktober 1987 di sini kamu bisa menikmati cicit tikusdi dalam rumah miring inikami mencium selokan dan sampanbagi kami setiap hari adalah kebisingandi sini kami berdesak-desakan dan berkeringatbersama tumpukan gombal-gombaldan piring-piringdi sini kami bersetubuh dan melahirkananak-anak kamidi dalam rumah miring inikami melihat matahari menyelinapdari atap ke atapmeloncati selokanseperti pencuriradio dari segenap penjurutak henti-hentinya membujuk kamimerampas waktu kami dengan tawaran-tawaransandiwara obat-obatandan berita-berita yang meragukankami bermimpi punya rumah untuk anak-anaktapi bersama hari-hari pengap yang menggelindingkami harus angkat kakikarena kami adalah gelandangan SAJAK TIKAR PLASTIK-TIKAR PANDAN Sajak Tikar Plastik-Tikar PandanApril 1988tikar plastik tikar pandankita duduk berhadapantikar plastik tikar pandanlambang dua kekuatantikar plastik bikinan pabriktikar pandan dianyam tangantikar plastik makin mendesaktikar pandan bertahankalian duduk di mana? SUTI Suti27 Februari 1988Suti tidak kerja lagipucat ia duduk dekat amben-nyaSuti di rumah sajatidak ke pabrik tidak ke mana-manaSuti tidak ke rumah sakitbatuknya memburudahaknya berdarahtak ada biayaSuti kusut-masaidi benaknya menggelegar suara mesinkuyu matanya membayangkanburuh-buruh yang berangkat pagipulang petanghidup pas-pasangaji kurangdicekik kebutuhanSuti meraba wajahnya sendiritubuhnya makin susut sajamakin kurus menonjol tulang pipinyaloyo tenaganyabertahun-tahun dihisap kerjaSuti batuk-batuk lagiia ingat kawannyaSri yang matikarena rusak paru-parunyaSuti meludahdan lagi-lagi darahSuti memejamkan matasuara mesin kembali menggemuruhbayangan kawannya bermunculanSuti menggelengkan kepalatahu mereka dibayar murahSuti meludahdan lagi-lagi darahSuti merenungi resep doktertak ada uangtak ada obat TANAH TanahSolo, 1989tanah mestinya di bagi-bagijika cuma segelintir orangyang menguasaibagaimana hari esok kamu tanitanah mestinya ditanamisebab hidup tidak hanya hari inijika sawah diratakanrimbun semak pohon dirubuhkanapa yang kita harapdari cerobong asap besihari ini aku mimpi buruk lagiseekor burung kecil menanti induknyadi dalam sarangnya yang gemeretakdimakan sapi TETANGGA SEBELAHKU Tetangga SebelahkuNovember 1991tetangga sebelahkupintar bikin suling bambudan memainkan banyak lagutetangga sebelahkukerap pinjam gitarnyanyi sama anak-anaknyakuping sebelahnya rusakdipopor senapantetangga sebelahkuhidup bagai dalam bentengmelongok-longok selalumembaca bahayatetangga sebelahkuditerror masa lalu

puisi tentang tukang becak